Bahaya Prolapsus Pada Sapi Potong
Bahaya Prolapsus Pada Sapi Potong - Bagi peternak sapi, tentunya sering mendengar kata prolapsus
atau keluarnya bagian organ genital betina melalui vulva sampai menonjol keluar.
Sebenarnya apa yang menjadi penyebab kasus ini dan bagaimana pila upaya
penanggulangan dan penanganannya? Pertanyaan ini patut diungkapkan karena
karena ada sebagian kalangan yang menganggap kasus ini simpel yang terjadi hanya karena aspek pemeliharaan yang kurang baik.
Pada umumnya, dilapangan kasus ini diikuti dan
mengikuti kasus prolapsus uteri (keluarnya rahim). Namun tidak sedikit kasus
ini muncul secara soliter tanpa mengikuti dan diikuti prolapsus uteri. Kasus prolapsus termasuk tinggi frekuensinya pada sapi potong, teruama sapi potong masyarakat.
Faktor Penyebab
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya prolapsus antara lain, ternak kurang terpenuhi pakannya; bibit sapi dari varietas besar
sedang induknya dari varietas kecil-sedang; pola pemeliharaan yang kurang baik
dan sifat gangguan yang berulang.
Kejadian ini acapkali disebabkan karena banyaknya tuntutan
para peternak untuk mengawinkan sapinya (umumnya lewat inseminasi buatan) yang
sebenarnya jenis kecil-sedang dengan bibit jenis besar. Kasus ini kemudian
muncul disaat masa kebuntingan trimester kedua sampai mendekati kelahirannya. Meski
sebagian peternak diingatkan akan resiko yang akan dihadapi jika ini tetap
dilaksanakan akan terjadi kasus prolapsus, namun umumnya mereka tetap
ngotot dan bahkan memaksa agar sapinya dikawinkan (di IB) dengan bibit besar
sehingga kasus prolapsus akhirnya akan muncul.
Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan peternak selama
ini memang menjadi masalah yang sangat fundamental. Para peternak lebih banyak
mengabaikan hal ini sehingga sapi yang dipelihara performa atau penampilanya
menjadi kurang baik, termasuk perkembangan alat reproduksinya karena kurangnya
gizi. Padahal dalam perkembangbiakan atau reproduksi tentu saja perkembangan
alat reproduksi yang optimal akan membantu keberhasilan pemeliharaan. Kasus pakan
ini merupakan kasus tertingggi, bisa mencapai 80%.
Penyebab lain adalah pola pemeliharaan yang kurang baik. Hal
ini, terutama dalam hal kesadaran dalam hal menjaga kebersihan ternak dan
lingkungan kandang. Meski harus diakui bahwa kasus ini oleh karena infeksi
bakterial, viral ataupun mikotoksial sangatlah rendah, namun tetap saja menjadi
penyebab yang potensial munculnya kasus prolapsus.
Sedangka kasus yang disebabkan oleh sifat berulang, memang
tergolong kecil karena umumnya peternak akan menolak memelihara sapi potong
yang pernah mengalami prolapsus serta jika sapi miliknya mengalami
kejadian ini pasti sapi tersebut akan dijual pasca kasus itu terjadi.
Bahaya dan Kerugian
Bahaya dan sifat merugikan dari gangguan reproduksi ini
antara lain menurunkan produktifitas sapi potong; bisa menyebabkan aborsi bila
diikuti dengan infeksi mikroorganisme patogen; kematian fetus atau pun induk
jika terlambat dalam penanganan; menurunkan nilai jual ternak dan menambah
biaya pengobatan. Umumnya sapi yang mengalami kasus ini, karena faktor
ketidaknyamanan oleh karena terus mengejan, akan menggesek-gesekan bagian yang
menonjol tersebut ke dinding kandang. Akibatnya akan memicu infeksi atau akibat
lain yang lebih fatal jika tidak segera ditangani.
Upaya Pencegahan
Upaya sederhana untuk mencegah dan mengeliminir kasus
tersebut adalah dengan menghindarkan ternak dikawinkan dengan bibit dari jenis
besar; mengupayakan pemberian pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas; dan
menjaga kebersihan dan kesehatan kandang.
Jika kasus sudah terjadi, penangananya adalah dengan
memasukkan kembali organ genital tersebut kembali keasalnya dengan cara
mendorongnya ke dalam. Agar mudah dilakukan, maka perlu pemberian anestesi
secara epidural. Setelah berhasil masuk, berikan preparat sulfa bolus atau
serbuk ke dalam saluran reproduksi tersebut. Lakukan pencegahan organ genital
tersebut keluar lagi dengan cara menjahit bibir vulva bagian luar. Harus diperhatikan
dengan cermat, pada saat membuat jahitan dengan benang yang kuat akan tetapi tidak
bersifat tajam karena dapat mengakibatkan luka baru. Berikan injeksi
antibiotika secara berulang selama 3-5 hari untuk memonitor dan merawat luka
jahitan maupun melepas jahitan tersebut. Tindakan baiknya harus dilakukan/dikoordinasikan dengan pihak yang memiliki kompetensi seperti dokter hewan.
Cek Harga Sapi Hari Ini :