Perkembangan Pemuliaan Genetik Ikan Nila
Perkembangan
Pemuliaan Genetik Nila
Seiring dengan meningkatnya konsumsi ikan nila, pengembangan
budidaya ikan juga terus berkembang. Imbasnya kebutuhan akan bibit nila unggul
pun muncul. Nila Gift mendapatkan tempat di masyarakat karena selain memiliki
daging enak, pembudidayaan ikan jenis ini pun terbilang mudah dengan
pertumbuhan yang lebih baik dari ikan nila yang ada. Pasalnya ikan nila Gift
memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
Tak sampai di situ, para peneliti dan ahli genetika ikan
terus melakukan pengembangan perbaikan mutu genetik untuk dapat menghasilkan strain baru dengan cara melakukan beberapa
persilangan. Hasilnya adalah munculnya beberapa jenis ikan baru yang memiliki
keunggulan genetik tertentu. Beberapa instansi yang melakukan perbaikan ini
antara lain balai-balai perikanan di daerah baik yang di bawah Kementerian
Kelautan dan Perikanan maupun pemerintah daerah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan Perikanan (Balitbang KP), BPPT (Balai Pengkajian dan
Penerapan Tekhnologi) sampai lembaga pendidikan.
Perbaikan Mutu
Genetik
Perbaikan mutu genetik merupakan usaha untuk melahirkan
jenis strain baru melalui beberapa
teknik diantaranya seleksi hybridasi, manipulasi kromosom, atau gen transfer.
Pada tahun 2001, BPPT memulaui program perbaikan mutu genetik ikan nila bekerja
sama dengan Balai Besar Ikan Air Tawar (BBAT) Sukabumi dan Institut Pertania
Bogor untuk menghasilkan strain ikan nila gesit.
Strain ikan nila gesit merupakan jenis ikan nila yang telah
dimanipulasi kromosomnya. Ikan nila ini memiliki jenis kromosom YY yang jika
dikawinkan dengan ikan nilai betina akan menghasilkan 95-100% monosex ikan nila
jantan. Strain ikan ini dibuat sebagai upaya untuk mengendalikan
perkembangbiakan ikan nila kolam yang sangat cepat karena mudah sekali memijah.
Padahal kondisi tersebut dapat menurunkan produktivitas ikan nila itu sendiri.
Selain itu, ikan nila gesit (ikan nila jantan) memiliki
pertumbuhan 1,2-1,5 kali lebih cepat dibandingkan ikan nila betina. Ha ini
dikarenakan ikan nila betina lebih banyak menghabiskan energinya untuk
pematangan gonad di awal pertumbuhannya.
Selain nila gesit, masih banyak banyak strain nila lain yang
dihasilkan dalam perbaikan genetik. Pada 2013 BPPT meluncurkan strain baru
yakni nila salin yang merupakan singkatan dari Saline Indonesia Tilapia. Ikan
ini merupakan jenis ikan yang dapat dipelihara di air asin seperti tambak
bahkan marine dengan toleransi salinitas hingga 20-30 ppt.
Sejauh ini, indukan ikan salin baru bisa dibudidayakan
ditambak dengan toleransi salinitas hingga 10 ppt, karena di atas salinitas di
atas indukan ikan nila salin tidak dapat memijah. Nila ini dikembangkan untuk
mensubstitusi bandeng yang terkadang benihnya tidak tersedia sepanjang tahun. Diharapkan
nila salin dapat dikebangkan petambak sepanjang tahun polikultur dengan udang
maupun rumput laut.
Balitbang KP juga mengeluarkan jenis strain nila yang mampu
bertahan hidup di air asin, yaitu yang bernama nila Srikandi. Meskipun sama-sama
bisa hidup di air asin, nila salin dan srikandi berasal dari persilangan jenis
strain yang berbeda sehingga penampakan fisiknya tidak sama. Nila sanin
warnanya cenderung merah, sedangkan srikandi warna tubuhnya hitam.
Beragam strain yang ada saat ini merupakan bagian dari
perbaikan genetik untuk memperoleh nila dengan kualitas yang lebih baik dari
sisi pertumbuhan maupun ketahanan terhadap penyakit. Masing-masing memiliki
keunggulan sesuai dengan peruntukannya.
Salah satu parameter untuk mengukur kualitas dari strain
ikan tersebut yakni dillihat keragamannya. Jika suatu jenis ikan memiliki
tingkat keragaman genetik semakin tinggi maka kualitas atau fitnes (kebugaranya) akan semakin baik. Dapat
dikatakan ikan tersebut memiliki banyak gen yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan lebih luas atau eurotropic.
Tahapan Rilis Strain
Untuk menjaga kualitas induk yang beredar di masyarakat,
termasuk ikan nila, sebelum dirilis ke masyarakat sebelumnya telah mengalami
beberapa kali pengujian oleh tim rilis yang sudah ada sejak 2002 yang terdiri
dari para ahli di bidang perikanan. Bahkan 3 tahun belakangan ini ada tahapan
pengujian pra rilis.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui asal muasal strain yang
dibuat, metode yang digunakan, kemudian ketahanan terhadap penyakit, ataupun
tingkat pertumbuhannya. Sebelumnya para ahli genetika yang ingin melahirkan
strain baru diharuskan telah melewati tahap uji resiprokal yakni dilihat
bagaimana strain baru tersebut pertumbuhanya untuk mencapai bobot indukan atau
sekitar 600 gram. Nila yang pertumbuhanya paling baik kemudian diambil sebagai
indukan yang kemudian dirilis menjadi strain baru dengan keunggulan tertentu
sesuai dengan kebutuhannya.
Dimulai pada tahun 2002 pertama kali muncul strain baru nila
dari hasil perbaikan genetik ikan nila Gift yakni jenis strain ikan nila
nirwana 1, setelah itu diikuti jenis strain lainya seperti nila Jatim bulan,
nila best, nila larasati, nila sultana, nila anjani, nila gesit, nila salin dan
nila srikandi.
Hal yang perlu diingat setiap indukan strain baru yang
dibuat harus didiseminasi secara baik oleh unit pelaksana teknis yang berada di
daerah dan sebelumnya ada sosialisasi terhadap strain tersebut. Tujuannya agar
pembudidaya ikan baik pemerintah maupun pembudidaya pembesaran dapat menikmati
hasil dari penelitian berbagai lembaga secara mempuni di lapangan sehingga
produktivitas budidaya dapat meningkat kedepannya.
Sumber: Dr. Ratu Siti Aliah, M.Sc. Ahli Genetika BPPT dalam
Majalah Trobos Edisi 27 Tahun III, 15 Agustus – September 2014.