CARA JITU MENANGKAL PENYAKIT AYAM
Ternak Pertama - CARA JITU MENANGKAL PENYAKIT AYAM - Pencegahan
penyakit akan selalu lebih baik, lebih murah bahkan lebih menguntungkan dari
pada tindakan pengobatan. Upaya
pencegahan penyakit hendaknya dilakukan secara terpadu, teliti dan kontinyu
dengan cara membatasi ruang bagi tumbuh kembangnya bibit penyakit. Prinsip
pencegahan penyakit dapat dilakukan dari berbagai aspek yang harus dilaksanakan secara terpadu dari
tiap aspek, yaitu kualitas bibit, pakan yang seimbang, pemeliharaan yang baik,
vaksinasi dan bioscurity.
1. Penggunaan
Bibit yang Berkualitas Baik
Bibit
atau DOC ikut berperan dalam menentukan performance ayam. Hal ini berarti,
dalam pemeliharaan ayam hendaknya menggunakan DOC dengan kualitas yang
baik.
Sebisa
mungkin dalam Pemilihan bibit harus memperhatikan segi kualitasnya. Jangan hanya tertarik dengan harga yang murah
tetapi merepotkan dalam pemeliharaannya.
DOC yang baik mempermudah pemeliharaan
Bibit
yang digunakan harus terjamin bebas dari penyakit. Bibit yang membawa masalah
baik dari breeding maupun dari hactry biasanya akan terlihat pada minggu-minggu
awal pemeliharaan berupa kematian tinggi di satu minggu pertama. Jika kurang
tepat dalam penanganannya, pola kematian dapat terus meningkat dari hari ke
hari bahkan bisa memicu munculnya penyakit lain yang lebih ganas.
Praktik
dilapangan tidaklah semudah yang dibayangkan. Terkadang, sangat sulit
mendapatkan DOC yang berkualitas baik (platinum) terutama saat permintaan DOC
tinggi. Mau tidak mau, peternak harus mendapatkan DOC yang tidak sesuai dengan
harapan. Oleh karena itu, apa bila mendapat DOC yang kondisinya “kurang normal”
maka penangannya pun juga harus lebih baik dari DOC yang normal terutama pada
masa brooding, antaralain:
·
Pemberian
anti biotik spektrum luas (broad spectrum) 4-5 hari pertama.
·
Suhu
pemanas diupayakan 33-350C selama 7 hari pertama ”full” dengan tetap
memperhatikan kondisi dan tingkat penyebaran ayam di dalam kandang (brooding).
Hindari fluktuasi suhu yang ekstrim.
·
Jika
diperlukan jumlah pemanas ditambah untuk antisipasi fluktuasi suhu atau jumlah
ayam per pemanas (brooder) dikurangi. Misalkan, jika biasanya 1 pemanas bisa
untuk 1.000 ekor, maka bisa dikurangi 1 pemanas untuk 500 ekor.
·
Perhatikan
kualitas air, sekam selalu kering dan sirkulasi udara harus lancar
·
Feed intake minggu pertama harus masuk standar.
Biasanya jika DOC “kurang normal” sulit mencapai feed intake standar. Oleh karena itu, pemberian pakan harus
sedikit-sedikit tapi sesering mungkin dan jumlah tempat makan maupun tempat
minum diperbanyak sehingga ayam tidak kesulitan menemukan tempat pakan dan
minum.
·
Seleksi
secara ketat dari awal pemeliharaan. Ayam yang kecil “harapan hidupnya” segera
di culling dan ayam yang “layak hidup” segera di grading untuk mengurangi
persaingan mendapatkan pakan atau minum. Ayam yang kecil diperlakukan lebih
“istimewa” dibandingkan yang besar dan jika diperlukan diberi vitamin untuk
mendukung pertumbuhannya.
·
Pelebaran
kandang sesuai dengan kebutuhan ayam.
·
Penyemprotan
kandang dilakukan minimal 1 minggu sekali dengan disinfektan
·
Periode
brooding bisa diperpanjang sesuai kondisi ayam dan lingkungan
·
Program
medikasi dan vaksinasi harus dilaksanakan secara konsekuen
2. Pemberian
Pakan yang Seimbang
Pakan
yang seimbang adalah pakan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan baik secara
kuantitas maupun kualitas untuk mendukung pertumbuhan sesuai dengan tujuan
pemeliharaan. Pemberian pakan yang
seimbang akan memberikan kondisi yang baik bagi ayam sehingga dapat tumbuh
secara optimal, dan sebaliknya pemberian pakan yang tidak seimbang akan
menimbulkan berbagai kerugian seperti timbulnya berbagai penyakit akibat
defisiensi salah satu zat makanan.
Namun,
meskipun pakan yang digunakan sudah baik adakalanya hasil produksi yang
diharapkan tidak tercapai. Hal ini
karena pakan yang sebenarnya bagus dapat berkurang kualitasnya oleh berbagai
faktor seperti transortasi pakan dan penyimpanan pakan.
a.
Transpotrasi pakan
Transortasi
pakan dari pabrik pakan ke poultry shop (toko yang menjual berbagai sapronak
unggas) atau dari poultry shop ke kandang bisa menurunkan kualitas pakan.
Kerusakan pakan bisa terjadi karena terkena hujan maupun panas selama proses
pengangkutan. Untuk itu, pengangkutan pakan sebaiknya menggunakan mobil box.
Jika menggunakan truk bak terbuka maka hendaknya pakan ditutup secara rapat
sehingga jika hujan pakan tidak terkena air atau jika panas pakan tidak terkena
sinar matahari secara langsung.
Selain itu,
jika saat sampai dikandang kondisi sedang hujan jangan dulu membongkar pakan
karena bisa saja pakan terkena air hujan. Pakan yang basah jika disimpan dapat
menimbulkan jamur yang sangat berbahaya bagi ternak karena dapat menimbulkan
penyakit pencernaan.
b.
Penyimpanan pakan
Penyimpanan
pakan akan mempengaruhi kualitas pakan. Usahakan pakan tidak langsung
bersentuhan dengan tanah sehingga harus diberi alas di bawahnya. Penerapan
sistem FIFO (first in first out) harus dilaksanakan secara ketat.
Artinya, pakan yang pertama masuk harus dipakai terlebih dahulu. Sebaiknya,
pakan sudah digunakan sebelum satu minggu, tetapi masih aman digunakan sampai
dua minggu untuk pakan tepung. Sementara itu, pakan butiran/pelet bisa lebih tahan sampai 3—4
minggu. Oleh karena itu, usahakan pakan yang baru datang 2 hari sebelum stok
digudang habis.
Stok
pakan di gudang hendaknya disesuaikan dengan konsumsi pakan ayam selama 1
minggu karena kita tidak tahu sudah berapa lama pakan disimpan di gudang poultry
shop. Jika memungkinkan, beli langsung pakan dari pabrik. Namun, biasanya untuk
membeli pakan dari pabrik secara langsung harus dalam jumlah yang banyak karena
ongkos angkut juga harus diperhitungkan. Cara sederhana untuk mengetahui pakan
masih layak atau tidak adalah dari tampilan fisiknya. Pakan yang masih baru
memiliki bau yang khas “segar” dan tidak apek, tidak berkutu, tidak ada
gumpalan, warna kuning dan tidak berjamur atau berwarna agak
hijau/kebiru-biruan. Selain itu, respon ayam yang diberi pakan yang masih baru
juga sangat baik, yaitu nafsu makan akan lebih tinggi dibandingkan pakan yang
sudah lama.
Penyakit
pencernaan yang terkait dengan penyimpanan pakan yang tidak benar dipengaruhi
oleh 3 hal, yaitu sebagai berikut.
·
Bahan baku pakan. Kandungan
bahan pakan seperti jagung yang mengandung aflatoxin di atas batas maksimal 50
ppb dapat mengakibatkan penyakit pencernaan.
·
Penyimpanan pakan. Pakan
yang tidak disimpan dengan baik, misalnya di dalam ruangan yang lembap dan
bocor, dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang bila dikonsumsi ayam dapat
menimbulkan gangguan pencernaan.
·
Kadaluarsa. Pakan harus digunakan dan harus habis sebelum masa
kadaluarsanya.
3. Pemeliharaan
yang Baik
Pemeliharaan
yang baik merupakan bagian pencegahan terhadap penyakit yang sangat penting.
Pemeliharaan yang baik akan mengurangi dan mengatasi stress pada ayam sehingga sistem kekebalan tubuhnya tidak terganggu. Sebaliknya, pemeliharaan
yang buruk akan mengakibatkan munculnya stress. Stress pada ayam akan merusak
sistem kekebalan ayam sehingga penyakit mudah masuk ke dalam tubuh.
Pemeliharaan
yang baik pada prinsipnya adalah melaksanakan segenap tahapan pemeliharaan
dengan manajemen pemeliharaan yang tepat sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan
ternak. Pemeliharaan baik akan membuat ayam tumbuh secara baik termasuk sisitem
kekebalannya sehingga penyakit tidak mudah masuk dan menyerang ayam.
4. Bioscurity
Biosekuriti adalah serangkaian program/prosedur yang
mencakup kebijakan dan praktik yang dirancang untuk mencegah masuknya dan
menyebarkan agen penyebab penyakit pada ayam. Agen penyebab penyakit menyebabkan penurunan
kinerja, mortalitas dan hilangnya pendapatan. Agen penyakit meliputi virus,
bakteri, protozoa, jamur, parasit (eksternal dan internal). Bioscurity meliputi isolasi, pengendalian
lalu lintas dan sanitasi.
a. Isolasi
Merupakan cara untuk menjauhkan ayam dari sumber
penyakit. Isolasi dapat dilakukan dengan membuat pagar mengelilingi kandang
sehingga agen pembawa penyakit tidak mudah masuk ke lokasi peternakan. Isolasi
juga dapat dilaksanakan di dalam lingkungan kandang dengan cara memisahkan ayam
yang tidak normal (sakit, kerdil, ompalitis dll.) dengan ayam yang normal.
Tujuan pemisahan adalah untuk menghindari penularan penyakit yang dipicu oleh
ayam yang tidak normal tersebut.
b. Pengendalian
lalulintas
Merupakan upaya membatasi membatasi keluar masuk
orang dan kendaraan ke dalam lokasi kandang termasuk memastikan para pekerja
kandang tidak memelihara unggas lain baik dirumah atau dilokasi kandang. Orang
yang tidak berkepentingan terhadap pemeliharaan ayam dilarang masuk ke areal
peternakan. Pagar kandang juga bisa berfungsi sebagai pengendali lalulintas
orang atau binatang yang dapat menjadi agen masuknya penyakit.
c. Sanitasi.
Sanitasi bertujuan memusnahkan organisme penyebab
penyakit. Sanitasi dapat dilakukan dengan menjaga dan mengelola kebersihan
kandang, disinfeksi dengan penyemprotan disinfektan di dalam dan dilingkungan
kandang, celup kaki atau dipping baik orang maupun kendaraan yang masuk ke
areal peternakan.
Penyemprotan dengan disinfektan sebagai upaya pencegahan penyakit
5. Vaksinasi
Vaksinasi
adalah usaha memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak untuk melindungi ternak
dari serangan penyakit tertentu. Vaksin
merupakan mikroorganisme atau bibit penyakit yang telah dilemahkan
virulensi/keganasannya atau dimatikan sehingga apabila dimasukkan ke dalam
tubuh tarnak tidak menimbulkan penyakit bahkan akan merangsang pembentukan zat
kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya.
Cara
pemberian vaksin dapat melalui tetes mata, tetes hidung, air mium, injeksi intra muscular (daging) dan sub cutan (bawah kulit), tusuk sayap dan
sprayer. Bebarapa hal yang harus
diperhatikan dalam vaksinasi :
ü Ayam harus sehat
ü Kondisi vaksin harus baik (lihat
tanggal kadaluarsa)
ü Lakukan saat udara sejuk (pagi atau
malam hari)
ü Lakukan dengan cepat (bila dengan air
minum dipuasakan dulu kurang lebih dua jam)
ü Botol vaksin atau spuit plastik bekas
vaksisasi di musnahkan
ü Transport dan penyimpanan vaksin harus
baik
ü Dosis sesuai
ü Strai vaksin disesuaikan dengan
kondisi virus dilapangan
ü Lakukan dengan cara yang tepat sesuai
jenis vaksin
ü Vaksinator harus profesional
(terampil)
ü Perlu diwaspadai reaksi postvaksinasi
(reaksi pasca vaksinasi)
ü Pemberian vitamin sebelum dan sesudah
vaksinasi jika diperlukan
Biaya
vaksinasi dapat dihitung agar efisien dengan mengetahui harga pelarut (aquades),
harga faksin, dosis injeksi vaksin (bila denga jeksi), jumlah pelarut (ml)
sehingga diketahui biaya faksin per ekor.
- Dosis Vaksin =
jumlah ayam + 2% jumlah ayam
- Jumlah pelarut =
(jumlah ayam + 2% jumlah
ayam) x dosis injeksi vaksin
- Biaya per ekor = (Total harga vaksin + pelarut)/Jumlah ayam
- Untuk faksin in aktif injeksi
biasanya sudah berbentuk larutan/suspensi sehingga tidak perlu menghitung
jumlah pelarut.
- Untuk vaksinasi dengan cara melalui
air minum pelarut (air) yang digunakan tidak boleh mengandung
antibiotik. Jumlah air yang
digunakan adalah berdasarkan kebutuhan air minum ayam. Agar bisa habis dalam satu jam maka
jumlah pelarut (air) adalah jumlah kebutuhan air dibagi 4 atau 5 tergantung
cuaca.
Bila kebutuhan air minum untuk satu hari untuk 1.000 ekor adalah 130 liter, (misal
dianggap mortalitas 0%) maka air yang dipakai adalah:
jumlah ayam + 2% jumlah
ayam Karena di pasar biasanya tidak ada
dosis 20 ekor maka belilah vaksin untuk dosis 1.000 dan 100 ekor.
Konsumsi air untuk 1.000 ekor umur 130
liter, maka untuk 1020 = 1,02 x 130 = 132,6 liter. Berarti agar cepat habis air 132,6 dibagi 4 =
33,15 liter
Jadi vaksin dengan dosis 1.020 ekor dicapur air + 35 liter
Baca juga :