KALENDER KAWIN PADA PETERNAKAN KAMBING DAN DOMBA
Ternak Pertama - Kalender Kawin Pada Peternakan Kambing dan Domba - Kambing dan domba merupakan ternak yang dapat menghasilkan anak 3 kali dalam dua tahun.
Namun, terkadang di tingkat peternak kambing
atau domba hanya mampu beranak 1
kali dalam 1 tahun. Hal tersebut disebabkan karena manajemem perkawinan belum dijalankan secara
benar. Untuk mempermudah memantau perkawinan kambing atau domba bisa
digunakan kalender kawin. Kalender kawin adalah catatan penanggalan yang berguna untuk menentukan waktu perkawinan, perkiraan hari lahir, waktu
perkawinan setelah melahirkan dan
waktu penyapihan penyapihan. Yang perlu diperhatikan dalam membuat kalender
kawin adalah perkawinan induk muda,
masa esterus (birahi), lama kebuntingan,dan waktu penyapihan.
Siklus Esterus
Pada hewan betina yang dewasa seksual dikenal adanya
siklus reproduksi. Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang
terdapat pada individu betina dewasa seksual dan tidak bunting yang meliputi perubahan-perubahan
siklik pada organ-organ reproduksi tertentu misalnya ovarium,
uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon reproduksi.
Siklus reproduksi meliputi antara lain siklus esterus, siklus ovarium, dan siklus
menstruasi. Dalam bahan ajar ini hanya dibahas tentang siklus
esterus.
Baca Juga :
Harga Kambing Hari Ini
Pada kebanyakan vertebrata dengan pengecualian primata, kemauan
menerima hewan-hewan jantan terbatas selama masa yang disebut
estrus atau berahi. Selama estrus, hewan-hewan betina secara fisiologis
dan psikologis dipersiapkan untuk menerima hewan-hewan jantan,
dan perubahan-perubahan struktural terjadi di dalam organ assesori
seks betina. Hewan-hewan monoestrus menyelesaikan satu siklus
estrus setiap tahun, sedangkan hewan-hewan poliestrus menyelesaikan dua
atau lebih siklus estrus setiap tahun apabila tidak diganggu dengan kebuntingan.
Demikian juga dengan
kambing betina hanya mau menerima pejantan jika dalam masa esterus atau birahi.
Masa birahi adalah Periode dimana secara psikologis dan fisiologis hewan
betina bersedia menerima pejantan. Ketika berahi,
seekor betina berada pada status psikologis yang berbeda secara jelas dibandingkan
dengan sisa periode di luar berahi di dalam siklus. Pejantan biasanya tidak menunjukkan perhatian seksual pada betina di luar masa berahi, dan bila pejantan akan mengawini
betina, maka hewan betina akan menolak.
Bila terjadi perkawinan diluar masa birahi maka tidak akan terjadi kebuntingan, oleh
karena itu waktu perkawinan yang tepat akan menentukan terjadinya kebuntingan.
Pada kambing betina masa birahi berlangsung selama 12-48 jam, sangat
bervariasi antar induk. Ovulasi (pelepasan sel telur) terjadi 12-36
jam setelah birahi muncul, dan saat kawin paling tepat adalah setelah
ovulasi berlangsung.
Oleh karena itu, pada sistem perkawinan yang dilakukan secara terkontrol
yaitu setiap individu induk telah diprogramkan atau ditetapkan untk dikawinkan dengan pejantan terseseleksi tertentu, maka apabila pada seekor induk birahi muncul pada
pagi hari sebaiknya induk dikawinkan pada sore harinya, atau bila birahi
timbul pada sore hari induk sebaiknya
dikawinkan pada keesokan paginya. Pada
sistem perkawinan kelompok dimana pejantan disatukan dalam kelompok betina, perkawinan dapat terjadi setiap
saat, terutama 12-15 jam
setelah tanda birahi muncul (setelah ovulasi). Perlu diingat bahwa masa
hidup sel telur berkisar antara 12-24 jam, sedangkan masa hidup sperma
didalam saluran reproduksi induk antara 24-48 jam. Oleh karena
itu, terdapat waktu yang cukup panjang agar pembuahan sel telur
oleh sperma dapat berlangsung dengan baik. Siklus birahi atau selang
waktu antara dua birahi pada induk kambing berlangsung selama 18-22 hari.
Banyak tanda-tanda dapat
diamati yang menunjukan timbulnya birahi pada seekor induk kambing. Menjelang masa
birahi (pro-estrus) ternak lain sering mencoba menaiki induk,
namun biasanya induk menunjukan reaksi penolakan.
Namun, bila telah memasuki periode estrus (birahi) reasksi nduk biasanya
tidak menolak, bila
dinaiki oleh ternak lain dalam kelompoknya. Induk juga biasanya mengeluarkan
suara yang khas seolah kelaparan atau kesakitan dan menggerakan ekor secara konsisten. Pada kebanyak induk organ vulva mengalami pembengkakan dan berwarna
kemerahan. Beberapa induk sering
mengeluarkan cairan dari vulva yang awalnya bening, namun berubah menjadi kental dan berwarna putih
pada saat memasuki masa akhir birahi.
Frekuensi urinasi (mengeluarkan air seni) akan meningkat dan bermaksud untuk menarik perhatian pejantan. Jika terdapat induk yang dalam masa birahi, pejantan
biasanya menunjukan ‘rekasi Flehmen’
yaitu gerakan dengan menggulung/memutar kebelakng bibir bagian atas sambil mengangkat kepala dan mendengus. Reaksi ini umum terjadi pada binatang
berkuku sebagai respon terhadap aroma khas yang
berasal dari urin betina yang dalam masa birahi.
Pengamatan
berulang/beberapa kali dalam sehari perlu dilakukan oleh peternak untuk memastikan
apakah induk dalam masa birahi atau tidak.
Hal ini penting artinya untuk meningkatkan efisiensi reproduksi induk kambing. Jika terdapat induk atau
beberapa induk yang tidak menunjukan
gejala birahi yang jelas, maka dapat digunakan pejantan untuk memicu timbulnya birahi. Sebaiknya digunakan pejantan dewasa yang memiliki aroma khas. Umumnya, birahi
yang timbul pada seekor induk dalam
suatu kelompok setelah dicampur dengan pejantan akan memicu timbulnya birahi pada induk lain.
Perkawinan Induk Muda
Masa produktif seekor
induk dimulai saat terjadi perkawinan dengan pejantan yang
subur. Penentuan umur kawin pada induk muda sering menjadi
pertimbangan dalam pengelolaan induk. Namun, umur sebenarnya bukan
satu-satunya faktor utama yang menentukan saat kawin yang optimal pada induk muda. Faktor lain yang sangat penting adalah bobot tubuh. Pada saat timbulnya birahi
pertama kali pada induk muda, induk
secara biologis sudah mau menerima pejantan. Oleh karena itu pada
prinsipnya induk muda dapat dikawinkan pada umur 7 bulan saat tanda birahi pertama timbul. Namun sebaiknya
perkawinan ditunda sampai induk mencapaibobot
tubuh tertentu. Direkomendasian bahwa
saat yang paling baik untuk pertama kawin adalah pada saat bobot tubuh mencapai
70-75% dari potensi bobot dewasa tubuhnya. Ada pengalaman bahwa perkawinan
pertama kali induk muda pada bobot tubuh dan umur yang tidak optimal berpotensi
memiliki jumlah anak sekelahiran yang tunggal selama
masa produksinya. Perkawinan pertama pada umur muda atau bobot
tidak optimal berpotensi menyebabkan induk
melahirkan anak dengan bobot tubuh yang rendah pula atau induk tidak pernah mampu mencapai potensi bobot tubuhnya.
Besaran bobot dewasa tubuh sangat tergantung kepada ras
atau bangsa kambing. Oleh karena bobot
tubuh berhubungan erat dengan umur, maka
rekomendasi umur kawin pertama juga tergantung kepada bangsa kambing. Bangsa kambing dengan bobot tubuh besar,
seperti kambing Boer biasanya dikawinkan pada umur yang lebih tua dibandingkan dengan bangsa kambing dengan ukuran
tubuh kecil, seperti kambing Kacang.
Pada kambing Boer misalnya, induk biasanya dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan atau lebih. Pada bangsa kambing
Kacang induk muda biasanya dikawinkan pada umur 8-9 bulan atau saat mencapai bobot tubuh sekitar 14-16 kg.
Masa Kebuntingan
Kebuntingan
pada seekor induk dapat dianggap terjadi apabila induk tidak menunjukan tanda birahi kurang lebih 3 minggu setelah terjadi perkawinan. Proses kebuntingan pada induk
menimbulkan banyak perubahan
fisiologis, sehingga setiap cekaman dari luar harus dapat dicegah semaksimal mungkin. Kepekaaan induk
terhadap berbagai potensi cekaman ini
semakin kuat seiring dengan bertambahnya
usia kebuntingan. Masa bunting pada
induk kambing sekitar 5 bulan (146-1 55 hari), namun periode paling kritis terjadi selam 6-8 minggu sebelum melahirkan, karena 80% pertumbuhan janin terjadi dalam masa
singkat tersebut. Oleh karena itu, mengetahui saat terjadinya
perkawinan menjadi sangat
penting dalam menduga umur kebuntingan seekor induk.
Walaupun
mengetahui saat kawin, umur kebuntingan dan prediksi waktu
melahirkan sangat strategis dalam mengelola usaha produksi
kambing, namun hal tersebut sering tidak menjadi perhatian yang serius oleh
petetrnak. Beberapa tanda kebuntingan tua dapat digunakan sebagai
alat bantu manajemen. Sebulan sebelum melahirkan induk kebuntingan
jelas terlihat dengan membesarnya perut sebelah
secara nyata, disertai pula dengan pembesaran ambing dan
puting yang sangat jelas.
Perkawinan Setelah Melahirkan
Setelah induk melahirkan maka seekor induk akan memasuki masa laktasi yang
biasanya berlangsung sekitar 4 bulan sampai anak dapat disapih. Pada masa ini
induk juga mengalami masa esterus dan dapat dikawinkan lagi. Perkawinan pertama
induk setelah melahirkan adalah 1,5 – 2 bulan. Hal ini didasarkan waktu
involusi uteri (kembalinya uterus ke bentuk dan besar yang normal sebelum
kebuntingan) selama 20 – 35 hari.Deteksi birahi mulai dilakukan ketikan anak
berumur 1 bulan. Karena pada birahi pertama dikhawatirkan kondisi uterus belum
optimal maka disarankan untuk perkawinan dilakukan setelah muncul birahi kedua
atau 45 – 50 hari pasca melahirkan. Jika pada perkawinan ini terjadi
kebuntingan dengan lama bunting 5 bulan maka interval (jarak) bernaka bias 7 –
8 bulan, dengan demikian dalam 2 tahun seekor induk dapat beranak 3 kali.
Kalender Kawin
Untuk mengatur perkawinan, memperkirakan
kelahiran, dan manejemen yang berkaitan dengan produksi kita perlu membuat
kalender perkawinan ternak kambing. Untuk membuat kalender kawin kita perlu
melakukan segala hal yang berhubungan dengan perkawinan yaitu, tanggal kawin,
tanggal beranak, tanggal esterus birahi. Berikut contoh diagram rencana perkawinan seekor
kambing betina.
Skema mengawinkan kambing betina
Untuk dapat memperkirakan kelahiran, menyusui dan
dikawinkan lagi setelah melahirkan kita dapat menggunakan kelender reroduksi
yang dibuat oleh Soedito Adjisoedarmo dan Amsar (tahun 1983) sperti gambar
berikut.
Kalender Reproduksi Ternak
Kambing
Dari gambar diatas bagian tengah dapat diputar
untuk menunjukan tanggal perkawinan.Sebagai contoh jika pada tanggal 3 mei
terjadi perkawinan (pemacekan), maka pada tanggal 20 mei dilakukan test
pemacekan lagi, jika betina esterus makan akan menerima pejantan, jika tidak
menerima pejantan kemungkinan besar terjadi kebuntingan setelah perkawinan pada
tangga 3 mei. Dari tanggal 3 mei tersebut kita jadikan patokan sebagai tanggal
kawin, tinggal kita lihat perkiraan kelahiran yaitu antara akhir September s.d
awal oktober. Pada minggu ke 4 s.d minggu ke 9 deteksi birahi dilakukan dan
dapat dikawinkan bila terjadi birahi, pada bulan ke 3 setelah melahirkan anak
dapat mulai dilatih untuk disapih, sehingga pada akhir bulan ke empat anak
kambing (cempe)
sudah benar benar disapih. Demikian
siklus tersebut berlangsung selama masa produktif inuk kambing.
Kesimpulan
Agar produksi cempe dapat berjalan optimal maka perlu adanya catatan reproduksi yang baik.
Dengan pengamatan yang birahi yang baik kita dapat mengawinkan induk pada waktu
yang tepat, memprediksi kelahiran, masa menyusui, penyapihan dan perkawinan
setelah beranak dengan memanfaatkan kalende reproduksi.