MENGATASI MASALAH PAKAN PADA PETERNAKAN SAPI POTONG
Sapi potong merupakan salah satu
ternak penghasil daging yang cukup potensial. Permintaan
akan daging sapi terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, dibalik tingginya permintaan tersebut
belum diikuti suplay yang memadai. Salah satu penyebabnya adalah masih
rendahnya produktivitas sapi potong
di masyarakat. Faktor yang paling dominan dalam menentukan produktivitas sapi selama ini adalah rendahnya
kualitas pakan di tingkat peternak.
Pakan mempunyai peranan
yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu
mencapai 70-80%. Kelemahan sistem produksi peternakan
sapi potong umumnya terletak pada buruknya tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung
ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan
reproduksi yang normal. Hal ini antara lain dapat diatasi bila potensi
pertanian/industri maupun limbahnya ikut dipertimbangkan dalam usaha
peternakan. Hal ini tidak menjadi suatu yang berlebihan mengingat Indonesia
merupakan negara agraris di mana produksi limbah hasil budidaya pertanian
(jerami padi, jagung dll), perkebunan (pelepah sawit dll) dan indusrti
pertanian (ampas tahu, kecap dll) cukup melimpah.
Selama
ini, kendala utama dari pemanfaatan rumput dan atau limbah pertanian antara
lain adalah pengangkutan, karena pada umumnya rumput atau limbah pertanian
membutuhkan tempat yang luas untuk setiap satuan beratnya. Selain itu, kualitas
beberapa limbah pertanian (seperti jerami padi) masih rendah dan ketersediaanya
pada daerah tertentu tidaklah sepanjang taun. Untuk itu, perlu adanya sentuhan
teknologi guna guna meningkatkan nilai gizinya juga penyimpananya agar tahan
lama.
Solusi
yang dapat ditempuh untu mengatasi hal tersebut diantaranya adalah dengan
penerapan teknologi pengolahan pakan seperti pencacahan rumput dan atau limbah
pertanian yang diolah menjadi Roti/Wafer dan Burger untuk ternak sapi potong
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan palatabilitas serta mempermudah
pengangkutan.
Wafer Pakan (Feed
Wafer)
Roti/Wafer
pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan
diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada
musim kemarau. Keuntungan wafer adalah:
1.
Meningkatkan
densitas pakan sehingga mengurangi keambaan,
2.
Mengurangi
tempat penyimpanan,
3.
Menekan
biaya transportasi,
4.
Memudahkan
penanganan dan penyajian pakan,
5.
Densitas
yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer,
6.
Mencegah
“de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun pakan sehingga konsumsi
pakan sesuai dengan kebutuhan standar,
7.
Memudahkan
untuk mengontrol, memonitor, dan mengatur “feed intake” ternak,
8.
Kandungan
nutrient yang konsisten dan terjamin,
9.
Mengurangi
debu dan masalah pernafasan pada ternak.
Selain
memiliki kelebihan, wafer pakan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari pakan
olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:
1.
Pemberian
kepada ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan agar ternak tidak mengalami
kelebihan berat badan maupun gangguan pencernaan;
2.
Gudang
penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus untuk menghindari
kelembaban udara;
3.
Pengolahan
bahan pakan menjadi wafer membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi
biaya produksi.
Bahan-bahan
untuk membuat wafer ternak bisa berasal dari hijauan dan atau limbah pertanian
40 %, leguminosa 10%, konsentrat 40%, bahan perekat 10%. Salah satu contoh
konsentrat yang dapat dipakai terdiri dari dedak padi (bekatul) 27,50%, jagung
giling halus 52,50%, bungkil kelapa 18,75%, dan garam dapur 1,25%. Sedangkan
peralatan yang diperlukan adalah pemotong /chooper, alat pengepres, alat
pemanas, cetakan dengan ukuran (35x35x1,5) cm.
Cara
pembuatan pakan wafer ternak adalah sebagai berikut:
1.
Rumput
dan limbah pertanian dicacah, dengan ukuran 3-5 cm. Tujuannya untuk mempercepat
proses pengeringan serta memudahkan dalam pencampuran dengan bahan perekat.
2.
Rumput
dan limbah pertanian yang sudah dicacah dan leguminosa dikeringkan dibawah
sinar matahari (+ 24 jam).
3.
Leguminosa
yang sudah kering kemudian digiling.
4.
Rumput
dan atau limbah pertanian yang sudah kering dicampur dengan bahan perekat
sampai rata, kemudian ditambahkan leguminosa yang telah digiling dan konsentrat
dan diaduk sampai homogen.
5.
Campuran
yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah dipanaskan
untuk dipadatkan.
6.
Kemudian
dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama + 24 jam pada suhu kamar.
Kualitas
wafer pakan ternak tergantung dari bentuk fisik, tekstur, warna, aroma dan
kerapatan. Bentuk fisik wafer yang padat dan kompak sangat menguntungkan,
karena mempermudah dalaam penyimpanan dan penanganan. Tekstur menentukan mudah
tidaknya menjadi lunak dan mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan. Warna
wafer sebagai hasil reaksi karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus
amino primer menyebabkan roti sapi berwarna coklat dengan aroma khas karamel.
Kerapatan roti yang semakin tinggi maka pertambahan airnya semakin rendah.
Feed Burger (Burger
Pakan)
Sejumlah
peneliti di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dibawah
bimbingan Prof. Dr Ali Agus, DEA pasca letusan gunung merapi membuat makanan
siap saji yang kandungan nutrisinya lengkap untuk hewan ternak itu. Pembuatan
burger pakan ini dilatarbelakangi oleh bencana meletusnya gunung merapi yang
mengakibatkan ribuan ternak kehilangan sumber pakannya, maka dari itu burger pakan menjadi solusi praktis dan
efektif.
Agar
ternak bisa tetap hidup, maka pakan mutlak disediakan, karena dalam kondisi
bencana, rumput atau bahan pakan lain sangat sulit didapat. Disebabkan
kompleksnya permasalahan yang ada, maka muncullah ide bagaimana merekayasa
pakan yang ada, dalam jumlah yang cukup, kandungan nutrisi cukup dan tersedia
awet selama masa pengungsian.
Burger
pakan sapi ini merupakan campuran dari berbagai bahan yang diramu sehingga
kandungan nutrisinya mencukupi kebutuhan ternak dan tidak perlu tambahan bahan
pakan lain termasuk hijauan kecuali air minum. Bahannya dari jerami, dedak, tetes
tebu, dan mikrobia. Jerami padi, jagung, atau rumput kaya serat. Dedak gandum atau
padi merupakan sumber protein penghasil energi. Adapun tetes tebu dan bakteri
mikrobia cair berfungsi dalam proses fermentasi. Tetes tebu menimbulkan aroma
yang menarik. Pakan yang dihasilkan sudah memiliki nutrisi yang dibutuhkan sapi
potong.
Tim
peneliti dari UGM tersebut membuat burger pakan untuk sapi dengan bahan baku
utama dari jerami padi (70%), dedak gandum atau pollard (20%), molase dan
larutan mikroba (10%) untuk membantu proses fermentasi.
Cara
membuat burger pakan ternak adalah sebagai berikut:
1.
Keringkan
jerami lalu guyur dengan tetes tebu;
2.
Aduk
jerami dengan dibolak-balik agar bercampur;
3.
Siram
lagi dengan cairan mikrobia;
4.
Setelah
rata, masukkan ke plastik ukuran 15 kilogram. Setiap sekitar 5 cm disisipi
dengan dedak. Begitu seterusnya.
5.
Sebelum
kantong plastik ditutup, sedot udara dengan vakum (atau ditekan agar udara
minimal). Ikat dengan kencang.
6.
Masukkan
lagi ke kantong plastik kedua untuk memastikan tak ada yang bocor.
7.
Biarkan
dua hari. Proses fermentasi berlangsung. Burger siap disajikan.
Kelebihan
dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya
sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya
pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam
proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara
umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus
habis pada hari yang sama.
Persamaan
feed wafer dan feed burger adalah:
1.
Keduanya
complete feed, campuran dari berbagai bahan yang mudah didapat
2.
Kandungan
nutriennya bisa memenuhi kebutuhan ternak
3.
Bahan
pakan yang dipakai untuk membuat keduanya hampir sama
4.
Memerlukan
waktu yang relatif sama dari proses pembuatan hingga disajikan yaitu ±2 hari
5.
Awet
untuk jangka waktu lebih lama.
6.
Mudah
dalam penanganan dan penyajian
Perbedaan
|
Feed Wafer
|
Feed Burger
|
Alat/Mesin
|
Membutuhkan alat/mesin khusus untuk membuatnya
|
Tidak membutuhkan mesin khusus
|
Bahan
|
Syaratnya teksturnya harus lebih halus agar ketika
di mix dengan bahan lain, hasil adonannya bisa homogen
Tidak memerlukan mikrobia/bakteri fermentor
|
Tekstur bahan pakan bisa kasar ataupun halus
Memerlukan mikrobia untuk proses fermentasi
|
Proses
|
Suhu Kamar
|
Anaerob
|
Tipe Pengawetan
|
Kering
|
Pengawetan basah yang memanfaatkan mikrobia
|
Hasil
|
Cenderung Kering
|
Basah
|
Modal
|
Memerlukan dana lebih besar karena membutuhkan
alat/mesin pencetak khusus
|
Lebih murah
|
Baik
wafer pakan ataupun burger pakan kedua-duanya merupakan salah satu bentuk teknologi
pakan yang praktis, efisien, serta relatif mudah dikerjakan. Keduanya memiliki
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Namun begitu tingkat palatabilitas cukup
baik.
Perhatian!!!
§ Jika anda ingin
mencoba, cobalah dulu dalam kapasitas sedikit
§ Salah satu ciri pakan
fermentasi jadi adalah munculnya bau/aroma harum. Jika aroma yang muncul berbau
busuk atau muncul jamur hitam sebaiknya jangan digunakan sebagai pakan karena
bisa saja mengandung racun yang berbahaya bagi ternak sapi potong
§ Mikroba untuk membuat
burger, carilah yang mudah di dapat di daerah anda.
Cek Harga Sapi Hari Ini :