MENGATASI PROLAPSUS DI PETERNAKAN AYAM PETELUR
Pernahkah
anda bagian anus (tempat keluarnya telur/kotoran) melihat ayam petelur keluar
setelah ayam bertelur? Berdasarkan pengamatan saya, hampir sebagian peternak
ayam petelur bisa dipastikan pernah menjumpainya. Kejadian semacam itu disebut prolapsus. Apa
penyebabnya dan bagaimana menanganinya?
Prolapsus
adalah keluarnya saluran telur dari anus/kloaka yang tidak segera tertarik
masuk kembali. Hal tersebur terjadi karena tidak lancarnya pengeluaran telur,
yang bisa disebabkan oleh adanya peradangan pada saluran telur atau melemahnya
otot-otot saluran reproduksi. Ayam yang prolapsus harus secepatnya dipisahkan
dari kandang dan ditempatkan tersendiri. Apabila tidak segera dipisahkan, maka
ayam lain di sampingnya akan mematuki anusnya yang keluar sehingga menyebabkan
pendarahan dan infeksi, yang pada akhirnya mengakibatkan kematian. Disamping
itu, apabila terinfeksi bakteri, prolapsus dapat mengakibatkan peradangan
selaput rongga perut atau egg peritonitis.
Kerugian
Ayam yang
terkena prolapsus tentu saja akan meyebabkan ayam berhenti berproduksi (baik
permanen ataupun sementara). Kondisi ini semakin diperparah jika terjadi
infeksi pada organ ayam keluar sehingga bisa mengakibatkan kematian. Ada
beberapa kasus dilapangan bahwa kejadian prolapsus yang tidak ditangani secara
cepat dapa memicu terjadinya kanibalisme. Dengan demikian, secara ekonomis
tentu sangat merugikan.
Gejala Awal
Pengamatan
terhadap prolapsus harus rutin dilakukan peternak. Dengan demikian, peternak
harus mengetahui gejala awal terjadinya prolapsus. Gejala awal prolapsus
biasanya ditandai dengan adanya lumuran darah pada kerabang telur. Kondisi ini
mengindikasikan adanya pendarahan pada saluran reproduksi. Kasus ini banyak
terjadi pada pullet muda yang dipaksa bertelur terlalu dini, atau stimulasi
kematangan seksual terlalu dini sebelum kedewasaan tubuhnya tercapai. Biasanya
dengan pemberian vitamin penstimulan telur atau pemberian pakan layer yang
terlalu dini.
Penyebab Prolapsus
Kejadian prolapsus
bukan disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, strain ayam tertentu, namun
lebih merupakan kesalahan management (miss
management), terutama pada periode growing
dan pre-laying (13-18 minggu). Ada
beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya prolapsus pada peternakan ayam
petelur, antara lain:
1. Pemberian
stimulasi cahaya (photostimulasi) yang
terlalu dini
Cahaya
diperlukan ayam petelur untuk menstimulasi kedewasaan kelamin. Penambahan
pencahayaan diperlukan untuk membantu mempercepat ayam berproduksi. Namun,
penambahan pencahayan hendaknya jangan terlalu dini. Penambahan pencahayaan
hendaknya dilakukan saat organ reproduksinya benar-benar siap. Ayam yang
mendapatkan penambahan cahaya sebelum organ reproduksinya benar-benar siap,
cenderung mudah mengalami prolapsus, karena organ reproduksinya belum sempurna.
Umumnya, penambahan cahaya mulai dilakukan saat pullet memasuki umur 18 minggu.
Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap setiap minggu ½-1 jam tiap
minggunya. Ayam memerlukan cahaya sekitar 16 jam tiap harinya.
2. Ayam
yang terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Kondisi ayam
yang terlalu gemuk, secara umum perototannya lebih lemah dan cenderung bertelur
lebih besar. Lemak yang terlalu banyak disekitar organ reproduksi juga
menghambat proses peneluran. Namun, di sisi lain, ayam yang terlalu kurus
(berdasarkan standar strain) biasanya mendapatkan perlakuan yang sama dalam
satu kandang/flock, termasuk stimulasi cahaya dan perlakuan pakan. Akibatnya
kelompok ayam ini cenderung dipaksa bertelur sebelum organ reproduksinya siap.
3. Kandungan
nutrisi pakan yang tidak seimbang.
Nutrisi pakan
digunakan antara lain dibutuhkan ayam untuk hidup pokok, produksi dan
memelihara kesehatan. Ketidakseimbangan unsur nutrisi tentunya akan
mengakibatkan berbagai masalah pada ayam seperti produksi yang tidak optimal,
penyakit, maupun gangguan produksi lainya seperti prolapsus.
Salah satu
nutrisi yang diperlukan ayam adalah kalsium. Kalsium dalam tubuh, selain
berfungsi untuk pembentukan tulang dan kerabang, juga berfungsi dalam
perkembangan perototan. Perkembangan perototan yang jelek akan berakibat pada terhambatnya
proses penarikan kembali oviduct yang keluar pada saat ayam bertelur. Semakin
lama dan panjang saluran oviduct yang keluar, semakin besar kemungkinan dipatuk
oleh ayam lain, dan dapat menimbulkan kerusakan yang permanen. Dengan demikian,
perlu dievaluasi kandungan calcium pakan yang dapat diserap oleh ayam.
4. Usia
reproduksi.
Prolaps
cenderung lebih sering terjadi pada awal produksi, puncak produksi (HD) dan
puncak egg mass, karena pada kondisi ini dituntut tingkat metabolism yang
tinggi.
5. Telur
double yolk (kuning telur ganda).
Double yolk
mengakibatkan telur ayam berukuran terlalu besar. Ukuran telur yang ekstra
besar meregangkan dan melemahkan otot kloaka. Lemahnya otot kloaka akan
memperlama oviduct untuk berada di luar tubuh.
Pencegahan dan Penanganan
Penanganan
kejadian prolapsus dipeternakan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada
management pemeliharaan. Untuk menurunkan kejadian prolapsus perlu dilakukan
secara hati-hati, karena berkaitan dengan factor lain yang mungkin kontra
produktif. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pencegahan:
a.
Pemberian
cahaya tambahan (photostimulasi)
harus dilakukan pada saat ayam telah mencapai berat badan dan umur yang
direkomendasikan oleh masing-masing strain. Pencahayaan untuk masa layer
sebaiknya diberikan selama 16 jam, yaitu12 jam dari sinar matahari dan 4 jam
dari cahaya lampu dengan intensitas 20-40 lux.
b.
Diperlukan
ransum pakan yang seimbang untuk mempertahankan produksi telur dan menjaga
berat badan pada tingkat yang direkomendasikan. Berikan ransum dengan kandungan
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam, terutama kandungan energi
metabolisme dan protein (asam amino) untuk setiap periodenya. Pada periode
grower lebih rendah dibanding pada pemeliharaan periode starter dan layer.
c.
Intensitas
cahaya di kandang, perlu diperhatikan. Pertimbangkan untuk mengurangi
intensitas cahaya dengan mengganti lampu dengan daya yang lebih rendah jika
terjadi kejadian prolapsus.
d.
Cegah
terjadinya doulbe yolk dengan
memberikan pakan sesuai rekomendasi dari tiap-tiap starin. Jika tingkat double yolk cukup tinggi (4% atau lebih)
batasi feed intake secara perlahan,
5-10%, dibawah kemampuan makannya.
e.
Segera
pisahkan ayam yang kanibal dari kelompoknya karena ayam seperti ini akan sangat
agresif mematuk jika terjadi prolapsus.
f.
Pertimbangkan
untuk menggunakan lampu warna merah dengan daya yang rendah, agar ayam tidak
bisa membedakan warna darah.
g.
Lakukan
kontrol bobot badan secara rutin dan ketat mulai pada masa pullet, setidaknya 1
minggu sekali dengan jumlah sampel minimal 100 ekor per kandang. Bobot badan
pullet dikatakan sesuai standar jika ± 10% dari standar bobot badan yang
dikeluarkan breeder (manual guide). Selain bobot badan, keseragaman bobot badan
juga harus diperhatikan. Keseragaman yang baik yaitu lebih dari 80%. Saat bobot
badan ayam tidak sesuai standar, maka perlu segera dilakukan treatment
(penanganan) sehingga bobot badan bisa sesuai dengan standar kembali.
h.
Jaga
kondisi farm agar nyaman untuk pemeliharaan ayam, seperti tersedianya ventilasi
udara yang cukup agar sirkulasi udara lancar sehingga kandang tidak terlalu
panas/pengap. Selain itu, agar oksigen tersedia dalam jumlah cukup. Hindari
juga hal-hal yang menyebabkan ayam stres agar BB ayam tetap konsisten sesuai
standar
Penanganan:
a.
Culling
atau afkir ayam yang telah mengalami kasus prolapsus tersebut, karena sudah
tidak produktif lagi. Ayam
yang telah mengalami prolapsus, segera dipisahkan dari kelompoknya. Berikan
antiseptic pada daerah yang terluka, kemudian dengan menggunakan jari tangan,
secara perlahan-lahan dorong saluran oviduct yang keluar agar kembali ke
posisinya.
b.
Jika
umur ayam masih dalam kategori produktif, seleksi ayam-ayam dengan berat badan
melebihi standar. Tinjau formulasi ransum atau kurangi jumlah pemberian ransum