PEMELIHARAAN AYAM BROILER, MANDIRI ATAU KEMITRAAN?
PEMELIHARAAN AYAM BROILER, MANDIRI ATAU KEMITRAAN? |
PEMELIHARAAN AYAM BROILER, MANDIRI ATAU KEMITRAAN? - Komoditas ayam broiler
mempunyai prospek pasar yang sangat
baik karena didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh semua
lapisan masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, kolesterol relatif
lebih rendah sehingga relatif aman bagi penderita hipertensi, harga relatif
murah (dibandingkan daging sapi maupun kambing) dengan akses yang mudah
diperoleh karena sudah menyebar diseluruh wilayah tanah air. Disamping itu, komoditas
ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga
peluang yang baik ini menjadi lebih terbuka. Namun, sebagai salah usaha yang
bergerak dalam aspek budidaya, ternak
broiler memiliki resiko yang cukup besar. Resiko dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti performance ayam, harga jual ayam yang fluktuatif (bahkan terkadang berada di bawah harga BEP),
lingkungan sosial dan aspek non teknis.
Kondisi pemeliharaan ayam broiler yang padat modal dan
beresiko tersebut, menyebabkan perkembangnya beberapa pola/sistem broiler. Secara
garis besar terdapat beberapa 3 sistem usaha pemeliharaan ayam broiler yang berkembang di masyarakat, yaitu mandiri, semi mandiri dan kemitraan. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
PEMELIHARAAN AYAM BROILER, MANDIRI ATAU KEMITRAAN?
1.
Sistem Mandiri
Sistem
mandiri adalah sistem usaha
beternak broiler dengan modal sepenuhnya ditanggung peternak. Peternak
menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sarana produksi ternak (DOC, pakan, dan OVK) serta memasarkan
sendiri ternaknya baik ternak hidup maupun dalam bentuk karkas (daging).
Keunggulan dari sistem ini adalah keuntungan bisa lebih maksimal
karena harga sapronak bisa lebih murah. Peternak bebas memilih jenis sapronak
yang diinginkan seperti strain DOC, merk pakan dan OVK sehingga kualitasnya
juga bisa lebih terjamin (tergantung kondisi permodalan). Harga jual ayam juga bisa lebih tinggi karena biaya pemasaran lebih
rendah. Agar bisa menjalankan usaha
broiler dengan sistem mandiri,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
a.
Kekuatan
modal
Sebelum memutuskan beternak
broiler dengan sistem mandiri, modal harus dipersiapkan terlebih dahulu
meliputi biaya sewa atau membuat kandang, pembelian sapronak, serta biaya operasional
yang jumlahnya cukup besar. Jangan sampai usaha berhenti di tengah jalan karena
kekurangan modal.
b.
Keterampilan
beternak
Keterampilan beternak
juga mutlak harus sudah dikuasai. Baik atau buruknya performance ditanggung
sendiri sebab tidak ada bimbingan dari ahlinya seperti halnya pada sistem kemitraan. Dengan demikian,
taruhannya adalah modal yang telah dikeluarkan. Bisa jadi modal habis bahkan
tidak kembali jika performan broiler
buruk. Keterampilan beternak juga mutlak harus dikuasai untuk mencegah peternak
dicurangi pekerja kandang atau anak kandang.
c.
Kemampuan
memasarkan (Pengetahuan tentang pasar)
Pemasaran
berupakan bagian penting dalam rangkaian beternak
broiler. Percuma beternak mandiri
jika produk yang dihasilkan tidak dapat dijual. Ujung-ujungnya adalah kerugian.
Sesuaikan jumlah ternak yang dipelihara dengan kemampuan penjualan. Waktu panen
yang terlalu lama dapat mengakibatkan performance
ayam turun karena proses panen dapat menyebabkan kondisi ayam drop karena
stress sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bahkan penurunan bobot badan.
d.
Jaringan
bisnis
Membangun jaringan bisnis diperlukan untuk memperlancar proses
persiapan produksi, produksi dan pemasaran.
Jaringan bisnis yang dapat dibangun antara lain dengan suplayer DOC, pakan, OVK
dan para tengkulak, broker atau penjual ayam.
Semakin banyak dan kuat jaringan seakin mudah menjalankan usaha. Jangan sampai
usaha dijalankan tapi belum tau dimana mendapatkan sapronak yang murah, kemana
saja menjual ayam, ukuran ayam yang diterima pasar setempat dan
sebagainya sehingga biaya produksi menjadi tidak efisien.
2.
Sistem Semi Mandiri
Sistem semi-mandiri merupakan sistem beternak broiler yang modal, proses produksi, dan pemasaran tidak
sepenuhnya dilakukan sendiri oleh peternak tetapi ada beberapa unsur yang
dibantu pihak lain sesuai dengan keinginan dan kemampuan peternak dengan perjanjian
tertentu. Jadi, yang membedakan dengan sistem mandiri adalah ada unsur kerja
sama antara peternak dengan perorangan atau perusahaan yang bergerak dalam usaha
pengadaan sapronak dan pemasaran hasil seperti Poulty Shop atau perusahaan atau toko yang menjual sapronak unggas.
Contoh, peternak membeli DOC, OVK (obat dan vaksin), dan
sebagian pakan (misal sampai umur 14 hari) dengan modal sendiri atau dibeli
secara cash. Sementara itu,
kekurangan pakan (15 hari sampai panen) dibantu pihak kedua (perorangan atau poultry shop) sedangkan untuk pemasaran ayam dapat dilakukan sendiri atau
dibantu oleh pihak kedua ke dua tersebut. Hutang pakan (pakan yang belum di
bayar) akan dibayar setelah panen
selesai.
Keunggulan dari sistem ini adalah modal yang dikeluarkan ke dua
belah pihak tidak terlalu besar. Sedangkan resikonya bagi peternak adalah
kerugian ditanggung sendiri sedangkan resiko dari pihak ke dua adalah jika
peternak melakukan kecurangan tidak melakukan kewajibanya membayar utang pada
saat rugi. Untuk itu, biasanya sistem ini hanya dilakukan pada orang-orang yang
sudah bener-benar dipercaya atau peternak harus menyimpan jaminan dengan jumlah
tertentu kepada pihak kedua.
3.
Sistem Kemitraan
Sistem kemitraan ayam
broiler dapat diartikan sebagai kerjasama dalam bidang budidaya ayam broiler antara 2 pihak, yaitu perusahaan inti dengan
peternak plasma. Bentuk kerja sama yang umum dilakukan adalah perusahaan inti
(dibeberapa daerah dilakukan oleh poultry shop) bertindak sebagai penyedia
sapronak (DOC, Pakan, Vaksin dan Medikasi) sedangkan peternak plasma bertanggung
jawab melaksanakan kegiatan budidaya hingga menjadi ayam broiler yang siap dipanen.
Prinsip dasar kemitraan adalah kerja sama saling menguntungkan,
karena pada hakekatnya kedua belah pihak saling membutuhkan. Pihak perusahaan
inti memperoleh keuntungan dari penjualan sapronak dan pihak mitra memperoleh
modal dam bentuk kredit sapronak.
Sejak mulai maraknya sistem kemitraan kurang lebih akhir tahun
1998, pola kemitraan juga mengalami perkembangan. Ada beberapa pola kemitraan
yang sampai saat ini berkembang di masyarakat, yaitu kemitraan sistem kontrak,
sistem bagi hasil dan sistem maklun.
1)
Sistem kontrak
Konsep kemitraan dengan sistem kontrak atau yang lebih dikenal
masyarakat dengan sistem kemitraan adalah perusahaan inti berkewajiban
menyediakan sapronak (pakan, DOC, dan OVK) dan tenaga pembimbing teknis (PPL,
Dokter Hewan, dll.) dan peternak yang bertindak sebagai mitra berkewajiban
menyediakan kandang, peralatan, operasional dan tenaga kerja. Kerjasama
tersebut dituangkan dalam dokumen kontrak yang disepakati ke dua belah pihak.
Isi dokumen kontrak tersebut antara lain adalah kontrak harga sapronak, harga jual
ayam, bonus prestasi dan SOP atau aturan main kerja samanya. Jadi, sebelum dimulainya usaha budidaya broiler, terlebih dahulu harus
disepakati kontraknya oleh kedua belah pihak secara tertulis.
Keuntungan dari sistem kontrak adalah peternak, selain mendapat
bantuan modal kredit sapronak dan bimbingan teknis, juga mendapat jaminan
pemasaran dan kepastian harga ayam.
Peternak hanya fokus dalam budidaya sehingga harus berusaha semaksimal mungkin
performance optimal karena tidak memikirkan fluktuasi harga. Ketika harga
jauh di bawah harga kontrak, yang di
pakai dalam perhitungan laba rugi adalah harga kontrak.
Kelemahan sistem kontak adalah keuntungan peternak relatif lebih
tipis sebab ada tambahan harga sapronak (untuk keuntungan inti) dan ketika
harga diatas nilai kontrak, harga ayam
dalam perhitungan rugi laba tetap menggunakan harga kontrak yang berlaku, meskipun biasanya ada kebijaksanaan
dari inti (tergantung kesepakatan/kontrak awal)
Namun, realisasi di lapangan dalam satu tahun tidak selamanya
keduanya memperoleh keuntungan. Bisa jadi ketika inti memperoleh keuntungan
(dari penjualan sapronak dan selisih harga pasar), mitra mengalami kerugian.
Sebaliknya, ada kalanya mitra untung sedangkan inti mengalami kerugian. Untuk
itu, hendaknya antara mitra dan inti bisa saling memahami satu sama lain
sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan karena adakalanya untung
dan adakalanya rugi baik pihak inti maupun plasma.
Perusahaan inti bisa mengalami kerugian jika:
a. Harga pasar ayam broiler hidup jatuh
jauh dibawah harga pokok produksi inti. Pihak inti tidak bisa menurunkan harga
garansi karena inti sudak terikat perjanjian kontrak harga sebelum proses
pemeliharaan dimulai.
b. Peternak
mitra berbuat curang dengan memanipulasi hasil panen, menjual ayam tanpa sepengetahuan pihak inti dan
memakai sebagian sapronak dari luar (bukan dari inti sesuai dengan perjanjian)
c. Peternak
tidak mau membayar hutang pada saat mengalami kerugian yang menimbulkan adanya
hutang dari mitra kepada inti.
Mitra akan mengalami kerugian jika:
a.
Performance ayam
jelek (karena sakit, pertumbuhan tidak optimal, dan sebagainya) sehingga hasil penjualan ayam tidak bisa menutupi
hutang sapronak. Selisih antara biaya sapronak dan penjualan ayam ditambah adalah kerugian peternak yang harus
dilunasi ke pada pihak inti. Selain itu, mitra juga rugi dari biaya operasional
yang telah terpakai.
b.
Terjadi pencurian atau bencana lain yang disebabkan kelalaian
peternak mitra. Untuk kejadian yang disebabkan kelalaian, pihak mitra tetap
berkewajiban membayar hutang sapronak kepada inti.
Ada beberapa kondisi yang mengakibatkan kerugian pada kedua
belah pihak, baik inti maupun pasma, yaitu:
a.
Terjadinya force major, seperti gempa bumi, banjir bandang yang
menyebabkan semua atau sebagian besar ayam mati. Biasanya dalam keadaan force
major, mitra tidak berkewajiban membayar kerugian. Sehingga kedua-duanya rugi,
baik mitra yang rugi biaya operasional dan perusahaan inti rugi karena sapronak
yang telah dikeluarkan tidak dibayar. Ketentuan ini biasanya sudah dituangkan
dalam pasal di dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati bersama.
b.
Kondisi ayam sakit, sehingga harga jual ayam jauh dibawah dari harga kontrak. Bagi inti, meskipun ada
perjanjian potong harga jika ayam
sakit terkadang besarnya potongan belum bisa menutupi kerugian. Bagi mitra,
kondisi ayam sakit (dimana FCR membengkak) mengakibatkan penjualan ayam tidak bisa menutup hutang sapronak
sehingga menimbulkan hutang.
Meskipun setiap perusahaan inti atau poultry shop punya SOP masing-masing, tetapi model konsep SOP kerjasama
kemitraan yang umum digunakan adalah
sebagai berikut:
a) Perusahaan
inti bertanggung jawab untuk menyediakan sarana produksi seperti DOC, Pakan,
OVK (obat, vaksin dan vitamin) yang selanjutnya diserahkan kepada peternak
plasma.
b) Peternak
plasma bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan prasarana kandang beserta
perlengkapannya termasuk biaya operasional maupun tenaga kerja untuk melakukan pemeliharaan ayam broiler, pemeliharaan
atas sapronak yang disediakan oleh perusahaan inti.
c) Peternak
plasma tidak diperkenankan menggunakan tambahan sapronak di luar yang sudah
tertuang di perjanjian yang sudah di sepakati.
d) Perusahaan
inti berkewajiban untuk memasarkan kembali seluruh hasil panen dari sapronak
yang dibudidayakan oleh peternak plasma tersebut dengan harga jual yang telah
disepakati kedua belah pihak.
e) Status
sapronak yang didapat oleh peternak plasma adalah hutang dari perusahaan inti
dengan diterapkannya harga beli kontrak. Sedangkan status ayam yang dipanen adalah piutang peternak plasma kepada perusahaan
inti dengan diterapkannya harga jual bergaransi.
2)
Sistem Bagi Hasil
Kemitraan dengan sistem bagi hasil adalah suatu bentuk kemitraan
dimana inti menyediakan sapronak dan peternak mitra menyediakan kandang,
operasional, dan tenaga kerja. Pemasaran dilakukan oleh inti ataupun
bersama-sama tergantung kesepakatan.
Perbedaan dengan sistem kontrak adalah bahwa harga sapronak pada
sistem bagi hasil didasarkan pada harga pasar actual (harga eceran tertinggi).
Pembagian keuntungan dihitung dari hasil penjualan ayam sesuai harga pasar
dikurangi biaya yang dikeluarkan kedua belah pihak. Besarnya prosentase
keuntungan di tentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Jika
mengalami kerugian, ke dua belah pihak juga menanggung kerugian secara bersama-sama
sesuai kesepakatan.
Keuntungan sisitem ini adalah adanya rasa tanggung jawab dari
kedua belah pihak, pihak inti memperoleh keuntungan dari penjualan sapronak dan
pihak mitra mendapat pinjaman modal berupa sapronak, dan bantuan pembinaan
teknis pemeliharaan.
Kelemahan sistem ini adalah rawan adanya ketidakjujuran terutama
masalah biaya yang telah dikeluarkan. Peternak mitra turut menanggung kerugian
jika harga jual di bawah harga pokok produksi. Keuntungan relatif lebih kecil
karena ada pembagian hasil.
3)
Sistem Makloon
Sistem
makloon disebut juga sistem manajemen fee.
Sistem ini berkembang pesat di daerah priangan timur seperti Tasikmalaya,
Ciamis dan Banjar. Konsep sistem maklun adalah kerjasama antara inti dan plasma
dimana inti menyediakan sapronak dan plasma menyediakan kandang, bahan
operasional pemeliharaan dan tenaga kerja. Besar kecilnya keuntungan bagi mitra
dibayar berdasarkan IP (Indeks Produksi) yang ditetapkan oleh inti yang
dihitung per ekor ayam yang terpanen.
Segala sesuatu ditentukan oleh inti baik jenis DOC, Pakan, dan waktu panen.
Plasma tidak diperbolehkan menjual ayam sendiri karena pada prinsipnya ayam adalah milik plasma.
Kelebihan
sistem ini adalah peternak plasma tidak menanggung kerugian sama sekali (tidak
wajib membayar hutang) kecuali kerugian yang diakibatkan oleh biaya operasional
yang telah dikeluarkan. Kerugiannya adalah keuntungan bisa dibilang sangat
tipis bahkan bisa rugi operasional jika IP yang dihasilkan dibawah standar.
Bagi
Inti keuntungannya adalah biaya operasional pemeliharaan relatif kecil karena
keuntungan yang harus dibayarkan sebagai kompensasi pemeliharaan dihitung
berdasarkan IP. Kerugiannya adalah segala kerugian ditanggung oleh pihak inti.
Termasuk kerugian akibat kenakalan plasma yang menjual ayam tanpa sepengetahuan inti.
Baca Juga :
Baca Juga :
Dengan mengetahui
sistem pemeliharaan ayam broiler di
atas kini, tinggal keputusan anda yang menentukan mana yang sesuai dengan
kemampuan anda, mandiri atau kemitraan?....