Pengusaha Jepang akan Jual Teknologi Ternak Sapi ke Indonesia
Sapi Wagyu
merupakan sapi dari Jepang yang
memiliki kualitas baik sebab mampu menghasilkan daging dengan marbling yang
sempurna sehingga rasa dagingnya pun sangat enak. Tidak heran jika harga
dagingnya pun bisa mencapai jutaan rupiah. Untuk mendapatkan sapi dengan kualitas baik, Jepang yang merupakan negara dengan perkembangan
ilmu dan teknologi maju, telah mengembangkan teknologi dalam bidang peternakan.
Sebenarnya,
Indonesia juga memiliki sapi dengan marbling yang cukup baik,
bahkan sangat diminati negara lain yaitu sapi
Bali. Namun, kemungkinan karena kualitas pakan yang belum sebaik di Jepang membuat kualitas dagingnya belum
sebaik sapi Wagyu. Inilah tantangan
bagi ilmuwan Indonesia untuk terus meningkatkan mutu genetik sapi lokal agar
mampu menghasilkan sapi dengan performa terbaik. Baik melalu persilangan dengan
sapi impor (seperti yang selama ini dilakukan dengan sapi Limosin atau Simental) atau
pun dengan menerapkan/mengadopsi teknologi dari negara maju, termasuk teknologi
yang diterapkan untuk sapi Wagyu,
tentunya dengan tetap menjaga dan melestarikan plasma nutfah asli Indonesia tersebut.
Sapi Bali, Sapi Asli Indonesia yang Banyak Diminati Negara Lain
Kesempatan
itu tentunya terbuka lebar mengingat, rencananya Yoshiaki Shimazaki (61), pengusaha
sapi Hokkaido Jepang bersama
asosiasinya akan ke Indonesia bulan November mendatang guna menjual teknologi beternak sapi terbaik cara
Jepang serta menjual daging sapi terbaiknya Wagyu dari Jepang. Seperti
yang diberitakan Tribunnews.com.
Saat
ini Shimazaki memiliki 550 sapi yang
sangat potensial untuk dijual atau pun menghasilkan susu sangat enak. Untuk
makanannya pun memang khusus dengan teknologinya
gaya Jepang.
Shimazaki menuturkan
bahwa teknologi gaya luar Jepang
memang bagus tetapi tidak cocok, kurang bisa diterapkan di sini terutama cara
memberikan makanan dan jenis makanan kepada sapi di sini. Demikian pula masalah
kualitas air, di Jepang air sangat
enak dan kualitasnya baik sehingga ikut mendukung dalam pembentukan i sapi terbaik serta enak untuk disantap.
Rumput
75 persen dari Jepang sedangkan
sisanya grain dari luar, impor dengan bahan terbaik. Dengan demikian, karena
adanya bahan (pakan) impor dan nilai tukar berbeda-beda maka harga jualnya pun
jadi berubah-ubah pula.
Saat
ini, Shimazaki memiliki penghasilan
sekitar 260 juta yen dari peternakan sapi.
Penghasilan tersebut terdiri dari 70 persen dari penjualan susu, 20 persen dari
penjualan daging, dan 5 persen dari subsidi pemerintah pusat dan sisanya dari
penjualan lainnya. Dengan semakin sedikitnya jumlah peternak sapi di Jepang saat ini mengakibatkan peternakan
Shimazaki menjadi berkembang, dari yang
tadinya hanya satu lokasi saja kini dia punya lima lokasi peternakan di Kota Betsukai.
Tentu
saja baik atau tidaknya teknologi yang akan diterapkan di Indonesia harus dikaji
secara mendalam mengingat kondisi alam dan lingkungan antara Indonesia dan
Jepang sangat berbeda, sehingga nantinya tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi.