PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (2)
Ternak Pertama - PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA - Pada postingan terdahulu mengenai
penyakit pada peternakan ayam petelur dan solusinya bagian 1 telah di jelaskan
4 penyakit yang sering menyerang ayam petelur. Selanjutnya akan dibahas kembali
penyakit lainya.
1. Fowl
Cholera
Kolera. Daerah pial dan muka membesar
Penyebab : bakteri Pasteurella multocida
Gejala Klinis: sering mati tanpa gejala yang jelas,
diare berwarna hijau kekuningan, keluarnya kotoran dari mata, daerah pial dan
muka membesar dan biasanya kehitaman, lumpuh karena pembengkakan pada kaki.
Patologi anatomi: perdarahan titik pada jantung,
selaput proventikulus dan lemak perut, hati membengkak dan gelap belang,
duodenum mebengkak berisi eksudat kental.
Diagnosa banding : ND, CRD, Snot
Faktor predisposisi: ventilasi udara yang tidak lancar,
transportasi, perubahan cuaca atau kekurangan vitamin A
Penularan : penularan terjadi secara horizontal
baik secara langsung maupun tidak lagsung, yaitu dari ayam sakit ke sehat dan
dari peralatan, petugas kandang dll.
Pencegahan: sanitasi kandang dan peralatan
kandang, mencegah tamu keluar-masuk kandang, manajemen yang baik, ventilasi
cukup, pakan yang seimbang
Pengobatan: Tetrasiklin, Oksitetrasiklin,
Sulfadiazine, Amoksisilin, Enrofloksasin
Kerugian: kematian cukup tinggi, penurunan
berat badan
2. Gumboro
(Infectious Bursal Disease)
Gumboro. Bursa fabrisius membesar
Penyebab: virus dari golongan Birnaviridae
Gejala
Klinis: hilangnya
nafsu makan, bulu merinding, gemetar, berak putih, mengantuk.
Patologi
anatomi: pembengkakan
bursa fabrisius, perdarahan garis pada otot dada dan paha, ginjal membengkak,
perdarahan titik pada mucosa proventikulus (perbatasan proventikulus-ventriculus).
Diagnosa
banding: Leucocytozoonosis,
ND
Faktor
predisposisi: stess
akibat pergantian cuaca, pergantian pakan, cuaca dingin, pergantian sekam
(turun sekam)
Penularan: umumnya karena pencemaran lingkungan
oleh virus yang keluar bersama tinja, bahan muntahan yang mengandung virus,
secara tidak langsung melalui pakan, air minum, peralatan kandang yang
tercemar.
Pencegahan: vaksinasi, perbaikan manajemen,
bioscurity, pemberian vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh (saat turun
sekam, pergantian cuaca dll)
Pengobatan: tidak ada obat. Pemberian air gula
(5-8%), parasetamol, multivitamin untuk meningkatkan kondisi tubuh dan proses
penyembuhan, pemberian pemanas untu anak ayam, antibiotik (3-5 hari) untuk
mencegah infeksi sekunder. Pilih antibiotik yang tidak mempengaruhi kerja
ginjal
Kerugian: mortalitas rendah sampai tinggi
tergantung keanasan virus, pertumbuhan terhambat, menimbulkan efek immunosuppressif (menghambat pembentukan
zat kebal) sehingga mudah terserang penyakit lain
3. Tetelo/ND
(Newcastle Disease)
ND. Kepala tortikolis (terpelintir)
Penyebab: virus Paramyxo
Gejala
Klinis: bervariasi
dari tidak jelas sampai sangat jelas, gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas,
gorok, lender keluar dari hidung), gangguan pencernaan (diare hijau keputihan),
gangguan saraf (tubuh gemetar, kejang, kelumpuhan kaki da sayap, leher
terpuntir dan ayam berputar-putar)
Patologi
anatomi: perdarahan
di kerongkongan, perdarahan pada saluran pencernaan (keropeng), bintik
perdarahan di proventrikulus, bintik-bintik perdarahan pada lemak tubuh,
perdarahan di ovarium.
Diagnosa
banding: IB, ILT,
Snot, CRD, Guboro
Faktor
predisposisi: sanitsai
jelek, amoniak dalam kandang tinggi, terkena penyakit yang bersifat immunosuppressive, stess
Penularan: kontak langsun dengan ayam sakit,
melalui alat yang tercemar, petugas kandang, binatang peliharaan ,
transportasi.
Pencegahan: vaksinasi, bioscurity dan manajemen
pemeliharaan baik
Pengobatan: tidak ada obat, antibiotik selama
3-5 hari untukl mencegah adanya penyakit sekunder oleh bakteri, multivitamin
untuk meningkatkan kondisi tubuh dan proses penyembuhan, penyediaan ransum dan
air minum segar. Revaksinasi (vaksinasi
ulang) jika diperlukan terutama jika umur pemeliharaan masih memungkinkan.
Kerugian: mortalitas bisa mencapai 100%,
ganguan saraf, pernafasan dan pencernaan, pertumbuhan terhambat, konversi pakan
jelek.
4. Afian
Influenza (AI)
AI. Leban pada kaki dan daerah dada
Penyebab: virus orthomixso H5N1
Gejala
Klinis: ayam kadang
mati mendadak tanpa gejala yang jelas, pial berbarna gelap, telapak kaki merah
(seperti bendun darah), kelopak mata dalam ada tonjolan putih).
Patologi
anatomi: perdarahan
(keropeng merah-hitam) pada proventikulus, bintik merah pada daging paha dada,
bursa fabrisius bengkak dan merah, peradangan pada trachea, paru-paru hitam
(lebam darah), jantung terdapat bercak darah, iritasi usus dan keropeng pada
seka tonsil.
Diagnosa
banding: ND, Gumboro
Faktor
predisposisi: bioscurity
jelek, manajemen pemeliharaan kurang baik
Penularan: melalui tinja dan melalui kontak
langsung dengan ayam maupun tinja ayam.
Bersifat zoonosis (menular pada manusia) melalui kontak langsung dengan
ayam yang sakit atau saat mengolah daging ayam terutama bagian penceranaan.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan
peralatan, manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung
dan tamu keluar masuk kandang, disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut
kotoran ayam, dan vaksinasi didaerah yang pernah terjangkit AI.
Pengobatan: tidak ada obat, pemberian
multivitamin untuk meninkatkan daya tahan tubuh.
Kerugian: mortalitas tinggi mencapai 100% dan
bila satu kandang ada yang terkena maka seluruh ayam harus dimusnahkan dengan
cara dibakar.
5. Infectious
Bronchitis (IB)
IB. Dapat mengakibatkan abnormal telur
Penyebab: virus golongan Corona virus dan mempunyai struktur RNA. Dikenal 8 serotipe, yaitu Massachusetts, Conecticut, Georgia,
Delaware, lowa 97, lowa 69, New Hampshire dan Australian T.
Gejala
Klinis: keluar lendir
dari hidung, sesak nafas, ngorok, panting, bersin dan batuk serta nafsu makan
turun. Mutu dan kualitas telur menurun dan putih telur encer.
Patologi
anatomi: dinding
trachea menjadi tebal, berwarna keputih-putihan, terdapat lendir, pada selaput
lendir terdapat bercak-bercak perdarahan. Kerusakan pada indung telur dan
saluran telur. Indung telur berdarah, membengkak, lembek dan pecah sehingga
tidak bervungsi lagi. Jika pada indung telur terdapat kuning telur yang siap
diovulasikan (sudah matang) biasanya kuning telur akan pecah dan mengalir
keluar pada rongga perut. Pembengkakan ginjal disertai pengendapan asam urat
pada ureter (saluran kencing).
Diagnosa
banding: ND, ILT,
EDS’76, CRD dan SNOT
Faktor
predisposisi: stress
dan bioscurity dan manajemen pemeliharaan jelek.
Penularan: melalui lendir yang keluar akibat
batuk, atau lendir yang dikeluarkan dari mata/lubang hidung. Melalui udara yang
mengandung partikel virus dan melalui manusia.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan
peralatan, manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung
dan tamu keluar masuk kandang, disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut kotoran
ayam, dan vaksinasi. Vaksinasi sangat penting untuk melindungi alat reproduksi
telur.
Pengobatan
: tidak ada obat,
pemberian multivitamin untuk meninkatkan daya tahan tubuh serta antibiotik
broad spectrum untuk mencegah infeksi sekunder.
Kerugian: Kematian 0-40% pada anak ayam, pada
ayam muda pertumbuhan dan produksinya terhambat, kerusakan alat reproduksi
telur sehingga tidak bisa menghasilkan telur. Pada ayam dewasa produksi telur
turun 10-50% dan kualitas telur rendah karena kerabang telur bentuknya
abnormal, kasar atau lunak. Putih telur berubah dari kental menjadi encer.
6. Egg Drop Syndrome (EDS’76)
EDS. Seperti IB dapat mengakibatkan telur abnormal
Penyebab: virus golongan Adenovirus yang bersifat mengaglutinasikan (menggumpalkan) sel-sel
darah merah unggas
Gejala
Klinis: ayam tampak
sehat tetapi penurunan produksi telur secara mencolok disertai penurunan
kualitas telur. Kerabang telur menjadi pucat, lembek atau kasar, telur berubah
bentuk atau kecil.
Patologi
anatomi: Limpa
sedikit membesar dan bagian bintik putihnya membesar, oviduct kendur dan pengecilan
ringan pada calon kuning telur.
Diagnosa
banding: ND, IB
Faktor
predisposisi: stress,
bioscurity jelek, manajemen pemeliharaan kurang baik
Penularan: penularan secara horisontal (dari
ayam ke ayam) dan secara vertikan dari induk ke anak ayam.
Pencegahan: sanitasi disinfeksi kandang dan
peralatan, manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik, mencegah burung-burung
dan tamu keluar masuk kandang, disinfeksi mobil pakan, panen dan pengangkut
kotoran ayam, dan vaksinasi EDS.
Pengobatan: tidak ada obat, pemberian
multivitamin untuk meninkatkan daya tahan tubuh.
Kerugian: meskipun ayam tampak sehat tetapi
penyakit ini akan menyebabkan penurunan kualitas telur yang tajam disertai
penurunan kualitas kerabang telur serta ukuran telur.
Artikel Sebelumnya :
Artikel Sebelumnya :