MENGENAL DAN MENGATASI SINDROM KEKERDILAN PADA AYAM BROILER
Ternak Pertama. Mengatasi Sindrom Kekerdilan Pada Ayam - Baru-baru ini, saya banyak
mendapatkan pertanyaan dari para peternak tentang banyaknya kasus kekerdilan
pada ayam broiler mereka. Rata-rata Peternak mengaku, kurang lebih 8-10% ayam
broiler yang dipelihara mengalami lambat tumbuh. Bobot badannya hanya berkisar
600 gram, padahal normalnya bisa mencapai 800-900 gram pada umur 21 hari. Ayam
secara fisik terlihat sehat, lincah, dan aktif. Ransum yang diberikan pun sama
seperti biasanya. Saat DOC tiba kondisinya juga terlihat seragam dan tidak ada
masalah.
BEBERAPA
KEMUNGKINAN PENYEBAB LAMBAT TUMBUH
Kasus lambat tumbuh atau kekerdilan
(slow growth) atau yang disebut juga
dengan runting stunting syndrome (RSS) adalah salah satu sindrom yang dialami
oleh sekelompok ayam (terutama ayam broiler) yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan
di umur 4-21 hari. Pada kasus ini, bobot badan ayam terlihat lebih kecil, ± 40%
di bawah bobot badan normal. Tingkat kejadiannya pun di dalam satu populasi
sangat bervariasi sekitar 5-40% (Nick Dorko, 1997). Hidayat (2014) menyatakan
bahwa sindrom kekerdilan ini dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain:
o
5-10% dari populasi, termasuk kategori ringan
o
10-30% dari populasi, termasuk kategori
buruk
o 30% dari populasi, termasuk kategori
sangat buruk
Kejadian sindrom kerdil di
lapangan terkadang dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yaitu: jika dalam waktu 5
minggu bobot ayam kurang dari 200 gram per ekornya, maka dikategorikan sebagai
kasus “runting”. Sedangkan bila
bobotnya lebih dari 200 g, namun kurang dari 1 kg, maka dikategorikan sebagai
kasus “stunting”.
Baca Juga :
Baca Juga :
Dari laporan kasus yang ada,
kasus runting biasanya tidak lebih dari 5% (biasanya berkisar 3-5%), sedangkan
pada kelompok stunting angkanya bisa
mencapai 50% (dalam kisaran 5-50%). Variasi pada kasus stunting ini biasanya dikaitkan dengan manajemen pemeliharaan. Pada
peternakan dengan manajemen yang baik, biasanya persentase kasus stunting
relatif kecil.
Penyebab
Kekerdilan Pada Ayam
Faktor
dari pembibitan
o
Telur tetas kecil (telur tetas berasal dari
induk umur muda < 25 minggu)
o
Antibodi maternal Reo-virus yang diturunkan
rendah, padahal DOC perlu antibodi maternal yang tinggi
o
Induk DOC positif terinfeksi Salmonella
enteridis, sehingga DOC membawa bakteri Salmonella yang sewaktu-waktu bisa
menyerang saat kondisi DOC sedang tidak fit
Faktor
dari penetasan (hatchery)
o
Waktu koleksi telur tetas yang terlalu lama
o
Tidak dilakukannya grading telur tetas yang
akan dimasukkan ke mesin tetas
o
Bercampurnya telur tetas yang berasal dari
umur induk yang sangat jauh berbeda
o
Terlalu lama proses penanganan di ruang
seleksi sehingga DOC mengalami stres
o
Kurang representatifnya alat angkut DOC
(chick van) dari hatchery ke peternak/kandang pemeliharaan
Manajemen
pemeliharaan yang belum baik dan pengaruh lingkungan
Contohnya akibat biosecurity
yang belum ketat, penanganan DOC yang kurang baik terutama saat masa brooding,
populasi kandang yang terlalu padat, suhu kandang terlalu tinggi, tempat ransum
kurang (tidak sebanding dengan jumlah ayam), dan lain sebagainya.
a) Faktor
kualitas ransum
Kandungan nutrisi seperti energi, protein,
dan mikro nutrisi lainnya jika tidak sesuai dengan kebutuhan ayam, maka bisa
memicu kasus kekerdilan ini. Demikian halnya dengan jamur (aspergillosis) dan
racunnya (mikotoksikosis) yang akhir-akhir ini banyak mengkontaminasi ransum.
b) Faktor
penyakit infeksius
Secara umum, 3 agen infeksius penyebab kekerdilan adalah
virus, bakteri dan protozoa.
1)
Virus:
Salah satu virus yang sudah
diidentifikasi menjadi penyebab utama kekerdilan adalah Reo-virus. Saat
menginfeksi, virus ini menimbulkan enteritis (radang usus) sehingga penyerapan
nutrisi di usus menurun. Pada anak ayam umur 2-4 hari yang menderita serangan
Reo-virus akan menunjukkan gejala sakit yang ringan, yakni anak ayam terlihat
lesu, malas bergerak, dan sayap menggantung. Sedangkan pada anak ayam umur 4-7
hari ditemukan pula gejala diare. Pada feses ayam sakit akan ditemukan ransum
yang tidak tercerna.
Sering dijumpai pula feses
yang tertutup dengan eksudat berwarna coklat kekuningan. Akibatnya kasus ini
sering dikelirukan dengan koksidiosis. Tanda-tanda spesifik lainnya yang
ditemui yakni pertumbuhan bulu yang abnormal pada bulu sayap primer (yang
berbatasan dengan folikel bulu). Pertumbuhan bulu juga tidak teratur sehingga
menyebabkan bulu-bulu tampak berdiri seperti baling-baling dan menimbulkan
kesan ayam tampak seperti helikopter. Itulah sebabnya serangan Reo-virus sering
disebut juga dengan helicopter disease. Saat dibedah, ditemukan usus yang
terlihat pucat, kecil dan di dalamnya masih terdapat sisa-sisa ransum yang
belum tercerna sempurna. Kita seringkali memberi istilah “usus pentil” karena
ususnya yang kecil ini. Beberapa virus lain yang juga dikaitkan dengan kasus
kekerdilan adalah infeksi rotavirus, parvovirus, dan calicivirus.
2)
Bakteri:
Bakteri yang paling umum
menyebabkan kekerdilan adalah bakteri Clostridium sp. yang bisa menyebabkan
necrotic enteritis dan necrotic ulseratif pada usus ayam.
3)
Protozoa:
Infeksi protozoa yang utama
bisa menyebabkan kekerdilan akibat efek malabsorpsi (gangguan penyerapan
ransum)nya adalah infeksi koksidiosis.
Penanganan
Kasus Kekerdilan Pada Ayam Broiler
Hingga saat ini, kasus
kekerdilan adalah salah satu kasus yang cukup sulit didiagnosa. Alasannya,
karena gejala klinis yang terlihat hanya berupa gangguan pertumbuhan (kekerdilan).
Pada saat nekropsi (bedah bangkai) pun perubahan patologi anatomi yang
ditimbulkan sangatlah bervariasi, tergantung dari faktor penyebab mana yang
lebih mendominasi. Atas pertimbangan tersebut, maka saat peternak menemukan
kasus ini di farm, beberapa tindakan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Apabila
kasus kekerdilan ini masih terjadi pada sebagian kecil dari populasi, segera
lakukan seleksi (culling) dan afkir
ayam-ayam yang terlihat kerdil, terutama yang bobotnya berada 40% di bawah
standar. Beberapa peternak seringkali melakukan seleksi tanpa afkir, melainkan
dimasukkan dalam satu sekatan tersendiri. Sebaiknya hal itu dihindari karena
keberadaan sekatan khusus ini bisa menjadi sumber penularan ke ayam lain dan
pemeliharaan ayam kerdil ini justru akan membuat bengkak FCR. Sedangkan untuk
ayam kerdil dengan bobot badan yang tidak terlalu jauh berbeda dengan standar,
bisa dipisahkan kemudian diberi perlakuan khusus, yaitu diberi ransum starter
dan multivitamin hingga bobot badan mencapai
bobot layak dipanen.
2. Jika
kekerdilan menimpa lebih dari 80% populasi ayam, maka kemungkinan penyebabnya
adalah masalah kualitas ransum atau infeksi Reo-virus. Segera lakukan
pengecekkan kualitas ransum di laboratorium untuk mengetahui kandungan nutrisi
serta mendeteksi ada tidaknya toksin (racun jamur) di dalamnya. Sedangkan pada
dugaan kasus Reo-virus, sebaiknya lakukan pula uji serologi, PCR atau
sequencing di laboratorium untuk meneguhkan diagnosa penyakit tersebut. Jika
bobot badan ayam yang kerdil tidak berbeda jauh dengan standar, maka berikan
ransum starter dan multivitamin hingga bobot badan mencapai bobot layak
dipanen. Sedangkan jika bobot badan ayam sangat jauh dari standar, maka lebih
baik lakukan panen dini seluruh ayam atau panen paksa (cut loss).
3. Perbaiki
faktor manajemen yang berperan dalam mendukung terjadinya kasus gangguan
pertumbuhan.
4. Berikan
antibiotik broad spektrum (spektrum luas) untuk mencegah infeksi sekunder
bakteri.
5. Berikan
multivitamin dan mineral, untuk keseluruhan populasi ayam di kandang untuk
menyelamatkan populasi secara keseluruhan dari sindrom kekerdilan.
6. Evaluasi
masa brooding, jika kasus kekerdilan disebabkan buruknya manajemen brooding
segera lakukan perbaikan untuk periode yang akan datang
Sumber
Referensi:
- Info.medion.co.id
- Tamalluddin,
F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler.
Jakarta. PT. Peneber Swadaya