Cara Mengatasi Harga Ayam Broiler Yang Tidak Stabil
Harga Ayam Broiler Yang Tidak Stabil |
Ternak Pertama. Cara Mengatasi Harga Ayam Broiler Yang Tidak Stabil - Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Harga ayam broiler sewaktu-waktu bisa naik maupun turun. Harga ayam broiler yang tidak stabil ini merupakan situasi umum yang serung dihadapi para peternak ayam menjelang panen. Bagi peternak ayam broiler yang telah mengalami pasang surutnya usaha, bagi anda yang masih dapat bertahan dalam usaha ini ternak pertana akan memberikan tips ampuh yang bisa kalian lakukan untuk menghadapi situasi tersebut. Usaha yang perlu anda lakukan adalah mengetahui benar dan perbaikan di bidang manajemen harus terus menerus di lakukan oleh pelaku bisnis budidaya ayam broiler.
Solusi Mengatatasi Harga Ayam Broiler Naik Turun
Sebagai informasi tambahan bahwa untuk saat ini jarga ayam broiler di pasaran sudah menerapkan sistem harga posko. Harga posko merupakan harga barometer yang bisa digunakan oleh peternak sebagai harga dasar untuk negosisasi dengan penangkap atau broker ayam.
Harga posko dikeluarkan dari meeting posko yang dilakuakan perusahaan-perusahaan besar pelaku bisnis ayam broiler seperto : Japfa Comfeed, Charoen Pokphand, Sierad Produce, Malindo serta asosiasi perunggasan yang tergabung dalam GOPAN (Perpaduan Organisasi Peternak Ayam Nasional).
Contoh harga posko Jabodetabek (Sabtu, 12 September 2015)
Ukuran 0,8 – 1,0 = 19.000/kg
Ukuran 1,0 – 1,2 = 18.500/kg
Ukuran 1,2 – 1,4 = 17,500/kg
Ukuran 1,4 – 1,6 = 16.500/kg
Ukuran 1,6 – 1,8 = 15.500/kg
Ukuran 1,8 – 2,0 = 14.500/kg
Ukuran > 2,0 = 13.500/kg
Harga yang berlaku di pasaran bisa harga posko aatau harga yang telah terkoreksi. Peternak tak jarang mendengar istilah CN serta DN. CN ini berarti potongan harga alias korting. Misalkan harga posko ayam 1,0-1,2 kg merupakan 18.500 per kg dengan CN 500, maka harga riil merupakan 18.500 – 500 = 18.000 per kg. Kebalikannya dengan DN yang menguntungkan peternak, misalkan harga posko ayam ukuran 1,6 – 1,8 kg merupakan 15.500 dengan DN 500 maka harga yang berlaku (harga riil) merupakan 15.500 + 500 = 16.000 per kg.
Faktor harga ayam broiler tak bisa dikendalikan oleh peternak. Tak sedikit kepentingan yang bermain di sektor harga, baik itu kepentingan penguasa/pemerintah, kepentingan perusahaan besar, force majeur (bencana alam) serta hal lainnya. Peternak ayam, khususnya peternak ayam mandiri biasanya mengenyampingkan hal harga dalam mengevaluasi kinerja usaha ayam broiler.
Menjaga performance ayam broiler dengan menekan FCR (Feed Conversion Ratio), menekan kematian serta pada akhirnya menaikkan Broiler performance Index, yang lazim disebut IP. Itu merupakan kunci bersi kukuh di bisnis ayam broiler.
Selain menjaga Performance index (IP) peternak juga bisa menyiasatinya dengan menjual ayam pada semua level harga baik itu ayam dengan ukuran 0,8 – 1,0 kg sampai ukuran besar di atas 1,8 kg/ekor.
Pada akhirnya keputusan menjual ayam pada peternak mandiri merupakan hak mereka masing-masing. Artinya apabila harga ayam broiler cenderung jatuh, maka sebaiknya mereka cepat-cepat menjual ayamnya. Ini berarti bakal menekan jumlah kemenyesalan. Apabila proyeksi harga ayam broiler terus hari terus turun serta apabila peternak tak segera meperbuat perbuatan sold out, kerugian yang lebih besar membayang di depan mata.
Sebaliknya, apabila kecenderungan harga ayam broiler mulai menaik serta kondisi ayam bagus, maka tak ada argumen bagi peternak mandiri untuk menahan ayamnya sampai level harga di atas 1,4 – 1,6 kg. Untuk pasar Jabodetabek, ukuran 1,4 – 1,6 kg merupakan ukuran favorit yang diminati oleh penangkap ayam.